The Power of Senam
Pacaran !!, pasti kalian tahu apa itu “Pacaran”. Pacaran sudah hal yang biasa bagi pemuda-pemudi sekarang. Apa...?, kamu belum pernah pacaran. Malang kali nasib kau, zaman sekarang belum pernah pacaran, pasti dianggap gak laku bro.
Nama aku Reviyan Akbar Adiputra. Sekarang aku lagi pacaran sama sama tema sekelasku. Pacaran ini baru berjalan dua bulan, tapi aku sering dibikin pusing kali ini. Why?, karena pacaran yang baru berumur sekecil biji jagung, pasti lagi mesra-mesranya kayak Rome Juliet. Bahkan kalau tidak ada kabar dari doi pasti gelisahnya kayak cacing kepanasan. Pernyataan tadi berbanding terbalik dengan kenyataan kisah kasih disekolah dengan si dia, kayak lagunya Crisye aja. Ok diralat, sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang aku alami. Baru kali aku ngalamin pacaran yang banyak bencana alam,wabah penyakit,eh! maksud aku masalah.
Perperangan antar kubu tidak dapat dihalangi lagi, perkelahian sepasang kekasih sudah bagaikan hal yang wajib di hubungan kami. Penyebabnya sangatlah banyak sampe tumpeh-tumpeh bro saking banyaknya gitu loh!!, sorry bro kalo bau abis makan jengkol soalnya. Penyebabnya mulai dari isu orang ketiga lah, banyak cewek yang ngejar-ngejar diriku ini lah. Masalah orang ketiga, orang ketiga adalah orang yang datang disaat dua orang bersama, orang ketiga dapat dibagi menjadi dua makhluk yaitu makhluk astral dan makhluk hidup. Biar lebih jelas kita bahas dulu yang dari spesies makhluk astral. Contoh dari spesies ini adalah makhluk-makhluk kasat mata atau makhluk dunia lain, wih serem tapi orang ketiga disini yang dari makhluk hidup lebih tepatnya manusia dan lebih jelasnya perempuan. Orang ketiga yang dimaksud adalah temen sekelasku yang bernama Alleb. Yah nama juga cewek kalau udah kesayangan gak bisa liat cowoknya deket sama cewek lain. Mungkin persahabatanku dengan Alleb membuat gas elpiji di hati pacarku meledak. Kecemburuan ini berawal saat Resti melihat adegan Alleb merangkul saya dari belakang. Padahal kejadian itu sangat tidak benar, kejadian yang sebenarnya itu Alleb itu jelas-jelas memeluk erat saya. Inikan jelas-jelas memfitnah diriku ini yang tak bersalah, ini sudah merendahkan martabat saya di halayak umum. Tidak hanya itu saja dia pernah menuduh saya berbisikan dengan Alleb, padahal sebenarnya saya mencium pipinya Alleb.
Isu orang ketiga ini membuat Aku dan Resti sering bertarung antara hidup dan mati, disini kami mempertaruhkan martabat kami. “Semua yang kau lihat itu tidaklah benar, mungkin kau harus periksa mata”. “Apa?! *Musik Sinetron*, jadi kau bilang mata aku ini sakit” balas Resti. “Jelas-jelas matamu itu sakit, tuh beleknya gak berenti-berenti”. “Anjrit, ini bawaan dari lahir woi” sahut Resti. “Sudah-sudah hentikan pertengkaran kalian, mending kita senam bareng” kata Ichsan temanku yang tiba-tiba datang secara misterius. Kami bertiga pun senam bersama, “Gimana sekarang? Udah mendingankan, kamu bukan dirimu kalau belum senam” kata Ichsan dengan logat iklan TV. “Alhamdulillah setelah senam bersamamu, penyakit hati saya sembuh, terima kasih Tong Ichan”. Berkat Ichsan pun pertengkaran kami berakhir. Ichsan pun pergi menaiki elang ala sinetron laga TV ikan terbang.
Semenjak itu isu orang ketiga pun dilupakan oleh waktu yang terus berlalu, hubungan kami pun masih berlanjut sampai sekarang. Sebelum mengakhiri kisah ini, saya mau berbagi kutipan kalimat “ Yang kau lihat belum tentu yang terjadi, Yang kau dengar belum tentu yang terdengar, Yang kau cium belum tentu yang tercium”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar